Thursday, November 17, 2011

hallo

Udah lama banget ga ngepost maaf ya..soalnya lupa password dan baru inget sekarang hehee..
*cheers

Monday, December 13, 2010

Karmapala (Terang Itu Datang)

16 Oktober 2006,

Cahaya, Sinar….
Aku melihatnya….
Dari mana kah kau datang….?
Yah…disana ..aku melihatnya…

Begitu terang…
Tapi masih tersamar…
Aku ingin mendekatinya..
Begitu dekat…
Hingga aku benar-benar bermandikan terangnya...

Tapi..tapi mengapa aku tak dapat melihat apa dan siapa..
Apakah cahaya itu terlalu terang terlalu besar untuk kulihat..
Atau kah harus hanya dari sini saja aku melihatnya..

Tunggu..
Cahaya itu mendekati ku…
Dapat kurasakan terang yang sebenarnya..
Yah..kini aku telah bermandikan cahayanya, sinarnya…

Aku melihatnya…
Aku dapat melihat sekelilingku…
Aku dapat melihat warna..
Melihat yang selama ini tersembunyi dalam hitam..

Tak ada hitam
Tak ada gelap
Tak ada kelam
Kini semua berwarna..indah!

Itu jalanku,
Jalan yang selama ini ku cari kini nampak…
Jalan yang ingin ku capai…
Jalan yang ku yakini sebagai akhir dari semuanya..
Akhir dari kegelapan…akhir dari kesedihan…akhir dari kesepian..

"Cahaya…
Jangan pergi…janganlah meredup..
"Sinar…
Tetaplah terangi diriku..

Aku tak mau melihat kelam..
Aku tak mau melihat gelap lagi..
Warna....hanya Warna..yang ku mau


_Dkd_
http://www.myspace.com/karmapala/blog

Tuesday, December 7, 2010

Oma Tetaplah Oma!


Jika berbicara tentang sosok Oma Ida Kusumah, mungkin tidak hanya cukup dengan satu kali post dalam blog ini. Tapi saya coba untuk menuturkan bagaimana kebahagian kami, keluarga besar Cinta Fitri dan khususnya saya. Oma, begitu kami akrab memanggil almarhumah Ida Kusumah, awal pertemuan saya dengan Oma adalah ketika saya mendapat kesempatan main di Cinta Fitri. Siapa yang tak mengenal beliau, sebelum saya lahir pun beliau sudah eksis di dunia seni peran hampir lebih dari 30 film dan banyak sinetron maupun iklan ia bintangi.
Walaupun dengan segala prestasi dan pengalamanya dalam dunia seni peran akan tetapi Oma tetaplah orang yang sangat ramah dan bersahaja. Ia tidak membeda-bedakan kami yang notabenya adalah juniornya di dunia seni peran. Jujur saya bingung harus memulai dari mana jika bercerita tentang Oma karena terlalu banyak kenangan kami dengan beliau. Semasa hidupnya oma banyak berpesan kepada kami mengenai pengalaman hidupnya dan perjuanganya berada di dunia seni peran. Banyak sekali petuah yang ia berikan kepada kami, Oma selalu berpesan kepada kami untuk maksimal jika kami benar-benar mencintai dunia seni peran.
Kenangan mengenai oma sangat membekas di hidup kami. Saya bahkan hingga detik ini masih sering terbayang-bayang moment kebersamaan kami. Saya rindu disaat kami bersenda gurau, saling tertawa berbagi cerita. Oma selalu bercerita mengenai perjalan hidupnya kepada kami, perjuangannya dikala ia muda hingga ia bisa bertahan hingga saat ini. Banyak sekali yang ia ceritakan. Oma selalu berpesan agar kita mengetahui sejarah dunia yang saya cintai ini, yaitu dunia seni peran. Ia selalu berkata agar kita tidak melupakan sejarah dunia perfilman dan untungnya saya termasuk orang yang beruntung karena bisa mendengar banyak cerita mengenai dunia seni peran dan industrinya dari masa ke masa langsung dari mulutnya.
Oma adalah figure yang luar biasa bagi saya, seseorang yang kuat dan pantang menyerah dalam hidupnya. Hal yang tidak pernah akan saya lupakan adalah pesannya kepada saya untuk total, maksimal, dan all-out dalam beracting. Oma selalu marah-marah kalau dia disuruh shooting tapi dia belum mendapatkan scenario (Script) dan membacanya, pasti dia langsung berteriak “Skenario itu adalah senjatanya pemain!” dan saya setuju dengan pernyataannya ini. Beliau berkata bagaimana kita mau berperang kalau kita belum punya senjata. Dia menganggap set shooting adalah medan perangnya dan kami para pemain adalah para prajurit yang harus dapat menaklukan perang tersebut dengan medan apapun. Bahkan hebatnya lagi di usianya yang sudah cukup senja Oma masih dengan cukup baik mengingat setiap adegan yang ada di scenario, dialog yang ada di dalamnya, bahkan ia bisa tau baju apa saja yang dia akan pakai di setiap scenenya. Totalitas oma di dunia pekerjaannya wajib di contoh.
Disiplin, inilah prinsip yang Oma pegang. Dan memang betul, ia membuktikan prinsipnya ini dalam kesehariannya. Ia tidak pernah telat datang ke lokasi. Bisa di bilang kalau dia di calling jam 12 dia sudah ada di lokasi setengah jam sebelumnya, kadang kita bilang oma itu bukanlah pemain yang “On Time” tapi dia adalah pemain “Before-Time”, karena selalu datang lebih awal. Ini kadang membuat kami para pemain muda merasa malu kalau kami datang telat ke lokasi. Kebiasaan Oma dan prinsipnya ini membuat kami ingin menjadi lebih baik.
Kenangan saya terakhir dengan Oma tak akan pernah saya lupakan, saat-saat terakhir bersama Oma sebelum dirinya menutup mata sangatlah membekas dalam diri saya. Sebelum semua kejadian mengagetkan itu terjadi Oma sempat bercerita bahwa dirinya ingin sekali berkumpul bersama kali terakhir kalinya, ia berkata ia ingin sekali berkumpul dengan sahabat-sahabatnya dari Golden Girl. Itu permintaan terakhirnya. Oma sempat berkata bahwa ia sangat merindukan saat-saat bersama keluarga besar cinta fitri, sebelum menutup hidupnya dalam tawanya ia berkata “Oma pasti bakal kangen ngumpul-ngumpul sama kalian, bisa ga yah kayak gini lagi?” saat itu kami menganggap itu hanyalah omongan biasa dari Oma, tapi ternyata itu menjadi pernyataan terakhirnya.
Masih benar-benar teringat di benak saya bagaimana tawa terakhirnya, senyum terakhirnya dan posisi terakhirnya sebelum kami benar-benar terpisah dengannya. (huh menulis bagian ini rasanya campur aduk sekali yah.). Tanpa kata perpisahan dia meninggalkan kami semua tepat dihadapan kami. Hal yang paling masih belum saya percaya adalah saat itu Oma sama sekali tidak mengeluh sakit yang ingin dia lakukan hanya lah ia ingin makan bubur. Dan itu merupakan mangkuk terakhir dalam hidupnya.
Moment disaat semua itu terjadi benar-benar cepat dan tak terbayangkan sebelumnya oleh saya. Semua terjadi begitu cepat disaat dia memejamkan mata dan kakinya terasa begitu dingin. Begitu sedih mengingat semua kejadian itu. Itulah saat-saat terakhir kami dengan Oma. Sempat terbesit ke sedikit keoptimisan saya bahwa Oma akan baik-baik saja. Akan tetapi itu semua hanyalah harapan, Oma harus pergi meninggalkan kami semua. Perasaan sedih yang saya rasakan saat itu tidak dengan mudah terbendung, rasa kehilangan yang luar biasa saya rasakan. Semua seperti mimpi!
Ingin rasanya saya mengucapkan kata-kata perpisahan kepada beliau, mungkin di dalam tulisan ini bisa sedikit saya curahkan apa yang ingin saya katakan kepada beliau.

“Oma… kalau Oma mendengar dan melihat kami darisana, Belum sempat aku dan keluarga cinta fitri lainnya mengucapkan selamat jalan kepadamu. Kau tak akan kami lupakan semangatmu selalu akan kami kenang. Aku rindu Oma, semua rindu Oma. Terimakasih Oma kau selalu menjadi inspirasi kami. Dan maafkan kami selama ini jika kami khusunya saya sempat membuat Oma letih dengan tingkah laku kami di saat kita semua bercanda. Kami semua sayang sekali sama Oma. Selamat jalan Oma’ku tersayang, kau kembali padaNYA dengan tenang dihadapan kami. Kami yakin dengan semua amal ibadahmu kau pasti akan mendapatkan tempat special di sisiNYA. Kau wanita luar biasa, dedikasimu terhadap dunia yang kau cintai tiada duanya. Kau tak akan terganti di hati kami. Sekali lagi selamat jalan Oma Ida, tunggu kami disana. Janganlah kau takut kesepian Tuhan bersamamu. Peluk cium untukmu yang tersayang Oma Ida. Kami selalu merindukanmu.”


Beliau telah pergi meninggalkan kami tapi segala hal yang berhubungan dengannya tidak akan mudah pudar. Beliau adalah seorang legenda dan saya merasa sangat bangga pernah mengenal seorang legenda dalam hidup saya. Segala hal akan kami ingat selalu, semua kenangan itu terasa begitu indah dan berwarna. Kami rindu tawamu, kami rindu segala hal tentangnya, tapi kami pun ikhlas dan rela membiarkannya pergi meninggalkan kami. We love you Oma.



Thursday, December 2, 2010

From Karmapala_

06 September, 2006

Menerawang kedepan...
kadang kata itu gampang di ucapkan oleh banyak orang tapi pada kenyataanya masih banyak manusia yang selalu berkiblat pada masa lalu...
Masa lalu yang manis, masa lalu yang indah, masa lalu yang terkadang membuat mata manusia berbinar, masa dimana manusia berjaya, masa dimana manusia dapat menjadi nahkoda bagi kehidupan dia dan lingkungannya..
Namun apakah masa lalu dapat tetap menjadi refleksi hidup manusia, disaat kaki ingin melangkah dan membuat tapak-tapak baru manusia masi tetap berjalan mundur menapaki tapak yang telah tercipta, tanpa berusaha menerima bahwa ada bagian dari jalan lain yang akan lebih indah untuk dijalani..

Menerawang...
Terkadang dapat menyenangkan apabila kedepan, namun dapat menghanyutkan jika hanya terus mengenang...

http://www.myspace.com/karmapala/blog

Tuesday, November 16, 2010

Naif in me! (part 2)

Kita Lanjutin yah cerita tentang Naif, setelah pengalaman bisa berfoto bareng sama David kita lanjut lagi ke cerita berikutnya. Kita mulai dengan pengalaman saya foto bareng sama para personil Naif lainnya. Jadi gini kawan semua sahabat saya dan orang-orang terdekat saya sangat tau seberapa sukanya saya sama Naif. Sampai suatu saat ketika saya lagi nonton JavaJazz (lupa tahun berapa yang jelas saat itu saya nonton Jason Miraz, nah tahun berapa tuh?). Lagi seru-serunya nonton om Jason tiba-tiba dari kejauhan di remang-remang arena konser saya melihat penampakan salah satu personil Naif yaitu Pepeng. Reflek lah si perempuan norak ini meminta ke temenya yang kebetulan kenal dengan Bang Pepeng untuk minta foto bareng. Jepret! Di foto lah akhirnya perempuan itu dengan kondisi muka yah yang hampir sama ketika berfoto dengan David (muka nyengir lebar, bahu agak naik menahan girang, haha). Singkat cerita saya merasa girang dan dapet double bonus, nonton om Jason dan bisa foto sama drumer handalnya Naif.




(Ini buktinya, Tuh kan saya ga bohong muka saya super nyengir. :p )
Lanjut ke cerita berikutnya setelah sekian lama sangat rindu untuk menonton Naif secara live akhirnya satu kesempatan pun datang. Saya mendapatkan kabar kalo Naif ternyata satu panggung dengan Derby di drama musical yang diaadakan oleh salah satu merek minuman bersoda. Secara cepat saya langsung liat jadwal melihat tanggal dan kota terdekat yang bisa memungkinkan saya berangkat nonton. Ternyata cocok, saat itu hari minggu dan saya dapet libur kerja dan kebetulan juga mereka manggung di bandung. Tanpa pikir panjang, yes saya berangkat ke bandung untuk nonton penampilan Naif. Beruntungnya saya bisa punya akses ke belakang panggung, setelah menunggu cukup lama akhirnya saya memiliki kesempatan untuk bertemu sebelum mereka manggung. Dengan persiapan yang cukup lengkap kalau saya bilang saat itu, karena saya sudah siap sedia dengan kamera, sketch book (berharap punya kesempatan dapet gambarnya pepeng), spidol (buat minta tanda tangan), dan sebagainya. Saya akhirnya bisa berjumpa dengan mereka, minta foto bareng lah saya dengan semua personilnya. Saat itu saya mikir semoga mereka ngga inget saya orang yang sering minta foto bareng sama mereka (waduh ini saya nulis sambil malu-malu sendiri). Dan benar saja ketika saya minta foto sama band Pepeng dia ngomong “Bukannya uda pernah foto bareng ya?”, jeng jeng!, sebenernya malu banget waktu disapa seperti itu, tapi ya udah lah yah karena uda tanggung juga saya sok ga tau malu aja. Tapi hari itu saya sangat puas karena saya bisa menikmati dengan cukup puas aksi panggung mereka yang sudah lama saya tidak menontonnya.

Nah ini nih cerita yang paling baru dan paling tidak saya sangka juga. Pada suatu hari (ini karena lupa harinya hehe), kira-kira beberapa minggu yang lalu ada shooting Rumah Selebriti di rumah saya di Bintaro, lagi asik-asiknya wawancara tiba-tiba Dawiya (Host Rumah Selebriti) nanya-nanya soal kegemaran saya dengan Naif, ya udah cerita panjang lebar lah saat itu. Dan tanpa diduga dan dinyana, ada seseorang yang datang menggunakan baju jhony dan eny, dan dia adalah Deni yang tak lain dan tak bukan lagi adalah ketua Naiffunclub. Dan hari itu secara mengejutkan saya mendapatkan kartu member Naiffunclub dengan plus plusnya segala, mulai dari kaos samapai ke komik Naif yang ditandatangani oleh si pembuatnya sendiri, Franki Indrasmoro. Tak habis sampai disitu kejutan untuk saya dan secara tiba-tiba pun saya mendapatkan telefon dari Bang Pepeng melalui produser acara tersebut, alhasil saya berubah jadi gelagapan bingung mau ngomong apa, deg-degan? Pasti iya, jadinya yah cuman bisa gitu nanya apa kabar bla bla bla. Saya yakin sih kalau kalian denger pasti kata-kata saya sangat garing, yah mirip kayak orang yang paling tidak bisa basa-basi. Perasaan campur aduk pun saya rasakan, tapi seneng banget karena akhirnya dapet kartu anggota. Kartu yang saya sering pamerkan ke kawan-kawan saya hahaha.
Beberapa waktu lalu akhirnya saya punya kesempatan untuk menonton performance Naif di Hardrock, Jakarta. Walaupun mereka hanya tampil membawakan 2 lagu tapi buat saya ini sudah cukup untuk lagi-lagi mengobati kerinduan saya untuk menonton mereka manggung.
Bagi saya karya-karya naïf sudah menjadi bagian hidup saya dan saya besar dengan karya-karya mereka. Disaat sedang murung ataupun sedih saya bisa kembali bersemangat dengan mendengarkan lagu-lagu dari Naif, disaat saya ingin tidur dan tidak tenang saya bisa langsung tertidur dan damai dengan mendengarkan lagu “Tidurlah” dari Naif. Bahkan disaat saya memasuki fase terberat dalam hidup saya lagu-lagu Naif selalu mengiringi hari-hari saya dan dapat membangkitkan semangat saya dengan lagu “Hidup itu indah” . Saya pun berjanji pada diri saya sendiri untuk memperkenalkan Naif kepada anak cucu saya kelak seperti orang tua saya memperkenalkan Koes Plus dan The Beatles kepada saya. Naif adalah jenius, suatu kejeniusan yang timbul dari suatu kesederhanaan yang unik. Tetaplah berkarya dan menginspirasi banyak orang. Tak ada kata yang pantas yang saya ucapkan selain kata terima kasih karena telah mewarnai hidup saya dan memberi sentuhan indah dengan nada-nada kalian yang ada dalam setiap gerak langkah kami para KawaNAIF.

*Senang Bersamamu

NAIF in Me!




Naif!!!! Kalau mendengar kata ini saya langsung bisa merasakan euphoria yang luar biasa. Kali ini saya bukan akan menceritakan kenaifan saya sebagai seorang Dinda, tapi saya akan menceritakan seberapa besarkah kecintaan saya dengan sebuah band yang selalu memiliki mega karya, bagi saya tentunya. Dan di tulisan saya kali ini kalian akan membaca banyak cerita saya mengenai pengalaman saya yang berhubungan dengan band favorit saya ini.
Perkenalan saya dengan Grup band Naif berawal ketika saya duduk di bangku SMA, yang kira-kira tahun 2001 lah. Siapa yang ga kenal Naif kala itu, Grup band yang selalu menjadi Guest Star dalam setiap pensi atau pentas seni sekolah-sekolah ternama di Jakarta (dijaman saya Pensi lagi booming-boomingnya). Memang pertama kali mendengar karya Naif saat itu saya tidak terlalu terhipnotis begitu saja tapi entah mengapa saya selalu teringat dengan lagu-lagunya kala itu lagu “Mobil Balap” sangat melekat di otak saya. Kecintaan saya dengan Naif benar-benar timbul ketika saya menonton penampilan mereka secara live di sebuah acara yang diadakan MTV kalo ga salah namanya “3some Party” yang diadakan di senayan kala itu kalo ga salah juga sekitar tahun 2003 saat itu saya masih berdomisili di Balikpapan dan di akhir tahun 2003 saya baru pindah ke Jakarta.
Pertama kali melihat perfomance Naif saya benar-benar terpukau band yang sederhana menurut saya, yang begitu unik dengan aksi panggung yang luar biasa memukau (sumpah ini ga bohong). Lagu “Curi-curi pandang” yang di bawakan sangat apik saat itu membuat saya benar-benar jatuh cinta. Dan sejak saat itu lah saya memutuskan untuk memuja Naif.

Naif menjadi Guest STAR ! di pensi sekolah sayaaa… yup benar sekali saat itu sekitar tahun 2004 saya sudah sekolah di SMU 4 Jakarta dan kami ingin mengadakan Pentas Seni di Plaza barat senayan, dan saya menjadi salah satu panitia dsana. Walupun saya menjadi panitia bagian Dana tapi setiap rapat saya selalu berdoa semoga teman-teman saya punya pikiran yang sama untuk memilih Naif sebagai salah satu Guest Star saat itu. Dan dengan semangat penuh mencari sponsor dan dana akhirnya kami pun bisa membayar Naif menjadi salah satu pengisi acaranya. Berhasil! Saya pun merasa puas bisa nonton Naif Live lagi dan lagi.. Walaupun impian saya menjadi LO yang memegang Naif tidak terwujud.hehe. Mau foto bareng aja ga bisa.

Tahun demi tahun berlalu kecintaan saya dengan karya-karya dari grup Band ini pun tidak memudar. Sampai pada suatu kesempatan saya dipercaya untuk membintangi sebuah film ditahun 2006.

Kawin Kontrak!, untuk persiapan shooting ini kami seluruh pemain harus melewati proses latihan acting dan reading kira-kira selama 2 bulan. Di salah satu sesi pelatihan saat itu pelatih kami mas Adjie bong’na (maaf mas kalo salah nulis namanya pokoknya mas Aji) dan sutradara film saya Bang Ocay (Ody C Harahap) bertanya “Siapa musisi fav kamu?” dengan lantang pun saya menjawab “Naif!”. Dan hasilnya saya latihan acting mulai dari latihan gesture sampai latihan penghayatan lainnya menggunakan lagu-lagu dari Naif. Diperbolehkan latihan menggunakan lagu-lagu band favorit saya saja saya sudah kegirangan. Lagu “Jikalau” menjadi senjata saya saat itu untuk penghayatan, karena saya bisa sampai menangis kalau dengerin lagu ini menggunakan perasaan sampai dalem banget. Maaf ya agak cengeng.hehe.


Dan ini best part dari chapter ini. Saya ga pernah terfikir sebelumnya ini semua bisa terjadi (berkaca-kaca). Tiba-tiba suatu hari sebelum kita berangkat ke Cirebon untuk shooting film ini. Bang Ocay membawakan berita paling membahagiakan bagi saya, ternyata film Kawin Kontrak akan diisi musiknya oleh NAIF! Jadi selama film yang ada sayanya itu dihiasi dengan lagu-lagu dari grup band favorit saya. Ya tuhan! Saat itu saya jingkrak-jingkrak kaya orang gila seneng bukan kepalang sampe ke ubun-ubun, saya mikir ni kawan “mimpi apa gw sampai ini bisa terjadi.”hehe. Dan lagi-lagi kejutan dari Kawin Kontrak tidak hanya sampai disini. Pada saat premier atau peluncuran perdana film Kawin Kontrak, ternyata Naif datang dan untuk pertama kalinya secara langsung dalam jarak dekat saya melihat David.

Hasrat hati untuk minta foto bareng dan minta tanda tangan pun tak terbendung. Tapi ya itu jeleknya saya, saya slalu tidak PD alias percaya diri kalau udah ketemu idola (contohnya saya harus menunggu 3 tahun buat foto sama Djenar MaesaAyu karena saya takut ;p), rasanya gemeteran gimana gitu (tapi ya suka sok ditenang-tenagin haha). Saya cuman bisa diam saja di pojokan sampai gerak-gerik saya terbaca oleh sutradara saya yang baik hati, Bang Ocay. Dia bilang “Lo mau foto bareng sama David ya?” dengan bisik-bisik gw bilang “ Iya bang tapi gw malu!” terus sekonyong-konyong dia pun berteriak ke David “Pid pemain gw ada yang norak ni ngefans sama lo mau foto bareng!”. Masyaallah itu mah perasaan saya makin malu bukan kepayang. Dan dengan malu-malu tapi mau, sambil meyiapkan mental dan mengatur nafas saya pun foto bareng sama David, muka saya bener-bener ga sedap dipandang kayaknya saat itu merah-merah gimana gitu, terus senyum kelebaran, cengar-cengir ga jelas. Girang bukan kepayanglah perempuan norak satu ini tapi sayangnya saat itu saya cuman bisa foto cuman sama David yang lainnya ga sempet. Menurut saya ini sudah menjadi prestasi hebat haha. Dan dengan bangga saya upload foto itu di Facebook.

(Liat aja nih, terlihat seberapa keras saya menahan rasa senang dan hasilnya lagi-lagi nyengir haha ;p)

Pengalaman saya tidak sampai dsini sayang di part berikutnya saya akan bercerita gimana saya selalu foto berkali-kali dengan Naif (mungkin juga mereka bosen kali ya dia lagi dia lagi hehe), bagaimana Naif mewarnai hari-hari saya, Dimana lagu nina-bobo saya adalah salah satu lagu Naif, dan sampai akhirnya saya masuk Naiffunclub, dan masih banyak lagi. Tunggu ceritanya yah kawan.

~cheers

Friday, September 24, 2010

Girls!



18 september 2010
Beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan sedikit waktu untuk berlibur dengan kedua sahabat kecil saya. Kenapa saya sebut sahabat kecil karena kami berkenalan diasaat kami berada di SMP paling tidak saat ini usia kami sudah tak semuda saat kami bertemu dulu (teman saya della sudah menjadi akuntan dan dita sudah lulus menjadi sarjana Psikologi dan siap untuk kerja di singapore). kami bersahabat sudah hampir 10 tahun yang lalu dan tidak pernah saya fikirkan sebelumnya kami sampai detik ini masih bisa mengahabiskan waktu bersama. Suasana masih seperti dulu walaupun sekarang semuanya berubah, semua sudah berkembang, semua sudah tumbuh menjadi apa yang kami inginkan. Segala perubahan ini begitu terasa indah, yang membuat kami nyaman satu sama lain adalah bagaimana kami menjadi kami disaat bersama, kami menjadi kami dan tak berubah, sama seperti masa kami bertemu dulu.

" Untuk sahabat-sahabatku terima kasih atas persahabatan indah yang kalian berikan, ada masa dimana kami merasa terpisah ada saat dimana kami merasa jauh. tapi pada akhirnya kami selalu di pertemukan oleh keceriaan. Tak perlu banyak kata terucap dari bibir kami masing-masing tapi kami tetap bisa mengetahui seberapa besar rasa sayang kami antar sesama. Selalu lah menjadi kalian yang selalu menjadi diri kalian. Banyak kisah yang sudah kita ukir, teruslah mengukir kisah indah kita kawan. Dan tetaplah disana karena akupun ada disini."

Benar-benar perjalanan yang menyenangkan kawan semoga kita bisa terus bersama.

*Big Hug*